Special for Baby...

Saturday, December 20, 2008

Minta tolong konsultasi

Saya seorang ibu rumah tangga, suami saya seorang wiraswasta, jadi dalam 1 hari kami selalu bertemu juga dengan anak-anak kami karena pekerjaan kami di rumah. Saya mempunyai 2 orang anak perempuan, yang pertama berumur 5 tahun dan yang kedua berumur 1 tahun. Yang ingin saya konsultasikan adalah mengenai anak saya yang pertama. Anak saya yang pertama sejak bayi mengalami gangguan tidur dan makan. Dia tidak minum asi. Jam tidurnya rata-rata dimulai pukul 12 ke atas, padahal dia tidak pernah tidur siang. Dulu juga pernah kami atur jam tidurnya dengan cara dibangunkan jam 7 dan dipaksa tidur siang jam 2 - 3 sehingga jam tidur malam bisa sekitar jam 10-11, tapi tidak berlangsung lama karena susah sekali membangunkan dan menidurkannya. Pernah dia tidur jam 5 sore dan bangun jam 7 malam terus sampai pagi tidak tidur lagi sampai malam. Jam tidurnya mulai berubah sejak kelahiran adiknya (baru 1 tahun ini) . Dia bisa tidur jam 9 malam. Anak saya ini mempunyai ketakutan terhadap lingkungannya . Jadi dimanapun dia berada dia tidak bisa menikmati suasana bermain, karena kadang menangis sendiri, kalau saya tanya dia menjawab takut sama papanya si D , besoknya lagi takut sama temannya si A. Dia juga mempunyai trauma sama ayam dan burung karena pernah kaget tantenya berteriak waktu ada ayam masuk ke toko. Jadi kalau saya ajak jalan-2 dia jadi sibuk melirik ke kanan dan ke kiri takut kalau ada ayam. Kalau naik motor juga tidak mau , maunya naik mobil. Anak saya ini juga ada keterlambatan berbicara, baru umur 4 tahun ke atas lancar berbicara. Jadi Bu, saya sekarang ini sedang bingung soalnya sekarang juga tidak mau sekolah , kalau pagi pasti bertengkar dulu baru mau berangkat. Dulu waktu playgroup dia bisa menikmati sekolah , sekarang waktu tk a dia sama sekali tidak bisa menikmati. Seluruh kegiatan ekskul juga saya hentikan karena saya takut kalau dia tidak senang malah tambah stress. Kalau saya tanya jawabannya juga begitu takut sama papanya temannya. Bu , apakah anak saya ini ada kelainan ? Padahal kalau bermain dengan pembantu di rumah dan sepupunya dia senang sekali . SAya sampai bingung soalnya akhir-2 ini jadi pemarah dan tdk bisa dibilangi serta suka membantah. Anak saya juga punya riwayat alergi pernapasan pada tahun 2007 bulan Juni dan baru membaik sekarang ini. Tapi untuk pertumbuhan badan dia normal (beratnya 20kg) , bisa mewarna dan menulis huruf a-z.
Minta tolong dijawab Bu.
ATas perhatiannya saya mengucapkan terima kasih.

Jawab:
Ibu, terima kasih perhatiannya. Bu, ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan mengenai "gangguan tidur" pada anak. 1) Mulai usia berapa ibu merasakan "gangguan tidur" pada anak? Bagaimana dengan jadwal tidur anggota keluarga lainnya? Apakah anggota keluarga tidur di atas jam 12 malam, mengingat ibu & bapak berwiraswasta di rumah? Lalu, setelah adik bayi lahir anak pertama ibu "bisa tidur teratur". Apakah karena melihat adik bayi tidur, dia ikut tidur? 2) Selanjutnya tentang "ketakutan pada lingkungan". Apakah ibu/anggota keluarga terkadang menakut-nakuti anak pada satu objek tertentu? Apakah ibu/anggota keluarga sering mengajak anak untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitar? Pernahkah ibu mengamati bagaimana anak bermain dengan teman di lingkungan rumah? Pernahkah ibu mengamati bagaimana perlakuan orang lain terhadap anak ibu ketika bermain? Pernahkah ibu bertanya, hal apa dari seseorang yang membuat anak "takut" terhadapnya, misal: suara, atau badan, dll. 3) Mengenai anak yang "tidak mau naik motor". Pernahkah ibu bertanya pada anak, mengapa ia tidak mau naik motor? Apakah anak juga takut naik tangga atau takut terhadap ketinggian? Maukah anak naik sepeda roda 4 atau roda 2? Jika anak mengalami masalah dengan ketinggian atau masalah dengan aktivitas yang memerlukan keseimbangan, mungkin anak ibu membutuhkan beberapa terapi. Silakan konsultasi pada dokter spesialis anak bagian tumbuh kembang yang ada di kota ibu berdomisili 4) Mengenai anak yang "pemarah" dan "membantah", tanyakan pada anak, apa yang membuatnya marah? Pernahkah ibu meminta anak untuk melakukan suatu hal dengan cara membentak? Pernahkah ibu meminta anak untuk melakukan suatu hal sedangkan anak sedang mengerjakan hal lain yang belum diselesaikannya? Pernahkah ibu meminta anak mengerjakan suatu hal, padahal anak dalam keadaan lelah/capek?. 5) Selanjutnya "Anak yang tidak mau sekolah": Bagaimana hubungan ibu dengan pihak sekolah? Pernahkah ibu mengamati kegiatan anak selama di sekolah? Pernahkah ibu bertanya kepada guru mengenai perkembangan perilaku atau akademik anak/anak yang lain? Tanyakan pada anak, apa yang membuat dia takut/tidak mau sekolah?. 6) Anak ibu pernah terlambat bicara. Kapan mulai terdeteksi? Apa yang ibu lakukan sehingga anak lancar berbicara? Apakah mengikuti terapi wicara?. Jadi, ketika anak kita mengalami masalah, tanyakan pada anak mengapa hal demikian bisa terjadi padanya? Lalu, ibu/bapak juga mengevaluasi kembali tentang pengasuhan pada anak, dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan yang sudah saya sebutkan sebelumnya. Ingat juga bu, jika bertanya atau memberikan nasihat pada anak, bicara dengan jelas, to the point, kalimat positif, lemah lembut, mau menyimak cerita anak, dan seimbangkan memberi hadiah/pujian dan "hukuman" pada segala hal yang telah diperbuat oleh anak. Jika demikian, semoga masalah dapat teratasi. Demikian saran dari saya, semoga bermanfaat. SALAM KELUARGA INDONESIA.

Friday, December 19, 2008

Anakku takut berjalan

Ass. Selamat Siang.
Saya ayah dari Fio ( 9 bln ). Pada usia 7 bln anak saya sudah minta di titah ( berjalan dengan bantuan tangan) tetapi Fio tdk bisa merangkak. Kalau di lihat dari perkembangannya semestinya sekarang udah bisa terantanan. Tetapi tidak begitu keadaannya, sekarng masih titah terus dan Fio takut klo diajari terantanan. Dan pada waktu dia duduk sendiri, Fio inginnya selalu ada orang di sampingnya. Pernah saya ajari terantanan di kursi, tetapi Fio selalu ingin meraih tangan saya kalau tangan saya lepas dan tidak mau pegangan kursi, sepertinya Fio udah mengerti kalau takut jatuh. Bagaimana cara mengajari Fio biar bisa jalan, mengingat kalau belajar terantanan aja takut dan selau pegangan tangan saya serta pada usianya akan bertambah maka semakin bertambah mengerti kalau takut jatuh. Apakah yang dialami anak saya itu normal? Terima kasih atas perhatian dan bantuannya

Jawab:
Terimakasih pertanyaannya. Wah...saya kagum dengan para ayah yang mengamati perkembangan anaknya. Pak, perkembangan motorik kasar pada anak-anak ada patokannya. Misal: tengkurap usia 4 bulan, duduk usia 6-7 bulan, merangkak usia 8-10 bulan, dan berjalan pada usia 9-15 bulan. Jika anak-anak belum mencapai perkembangan motorik kasar pada patokan usia tersebut, mungkin ada masalah, dan perlu pemeriksaan lebih lanjut pada dokter spesialis anak bagian tumbuh kembang yang ada di kota bapak berdomisili. Perkembangan motorik anak juga tergantung gizi anak, keturunan, rangsangan dari lingkungan, dan kepercayaan diri anak. Anak bapak tidak mengalami merangkak. Apakah ia mengesot? Atau bagaimana? Perlu diketahui, bahwa anak-anak yang tidak mengalami merangkak, biasanya ada masalah di kemudian hari, misal masalah dalam hal keruangan (spasial) atau saat menulis mengalami kesulitan dalam membentuk tulisan. Menurut saya, anak bapak perlu mengikuti terapi SI (Sensori Integrasi). Silakan menghubungi klinik/pusat terapi yang ada di kota bapak. Demikian saran dari saya, semoga bermanfaat. SALAM KELUARGA INDONESIA

Sunday, November 30, 2008

Ada apa dengan anakku?

selamat pagi bu.
Bu ...anak saya 5 tahun , sudah masuk tk , kebetulan saya dan bapaknya bekerja di luar kota dan meninggalkan anak saya dlm asuhan nenek dan budenya di kampung . yang membuat saya bingung , resah dan kadang merasa bersalah , pola dan tingkah laku anak saya berubah , menjadi manja, pendiam , dan jarang mau bicara bila saya atau bapaknya telphon . dan yang membuat saya bingung lagi , akhir - akhir ini di sekolahnya terlihat bandel , suka bercanda , dan bertingkah semaunya sendiri tidak takut sama gurunya .
bu... apakah masih di ambang perilaku yang normal kelakuan anak saya tersebut , dan bagaimana solusinya agar anak saya bisa kembali menjadi anak yang penurut seperti semasa dalam asuhan saya ?
apakah ada pola asuh yang salah , mengingat dia selalu dimanjakan oleh nenek nya ?
Trimakasih atas jawabannya.

Jawab:
Ibu yang sedang resah, sebelumnya saya mau tanya dulu. Apa pertimbangan ibu & bapak menitipkan anak pada nenek/bude di kampung? Bagaimana sebelumnya pengasuhan ibu & bapak terhadap anak? Apakah ketika ibu & bapak menitipkan anak sudah dipikirkan keuntungan dan kerugiannya? Apakah ibu & bapak mengkomunikasikan pada nenek tentang harapan ibu terhadap anak yang diasuh oleh keluarga di kampung? Bagaimana hubungan bapak/ibu dengan ibu/mertua/bude di kampung? Menurut ibu, bagaimana nenek "memanjakan" anak ibu? Apakah ibu pernah bertanya pada nenek, mengapa pengasuhannya demikian? Dan pernahkah ibu mengatakan pada nenek/bude tanpa membuat mereka merasa digurui, bahwa mengasuh yang baik seperti apa? Bagaimana hubungan ibu/mertua/bude dengan pihak sekolah? Baik, apapun jawabannya, dalam mengasuh anak sebaiknya ada kesamaan pola asuh antara pihak-pihak yang terlibat dalam pengasuhan anak (ada kerja sama antara ibu, bapak, nenek, kakek, bude, pengasuh, guru, dll). Anak yang diasuh dalam pola yang berbeda, maka anak cenderung akan memilih pola asuh yang disukainya saja atau yang menguntungkan si anak saja. Bisa juga menjadi anak yang semaunya sendiri. Sejak dini anak harus diberi tahu mana perilaku yang baik dan mana perilaku yang buruk, dan setiap perilaku yang baik akan mendapatkan "hadiah" dan perilaku yang buruk akan mendapatkan "hukuman". Tidak ada kata terlambat dalam mengubah perilaku anak jika orang tua ingin anaknya berperilaku seperti norma yang berlaku di masyarakat. Kuncinya adalah komunikasi yang sehat antara pihak-pihak yang terlibat dalam pengasuhan anak, kesamaan pola pengasuhan antara pihak-pihak yang terlibat. Semoga bermanfaat. SALAM KELUARGA INDONESIA

Tuesday, November 18, 2008

Masalahku Sangat Penting...


Assalamu Alaikum, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu karena berkenan membantu masalah yang saya hadapi. Saya (usia 30 Tahun) berprofesi sebagai guru PNS, Istri (usia 26 tahun) berprofesi sebagai guru wiyata SD, anak saya yang pertama dan yang ke dua adalah laki-laki, saat ditinggal mati ibunya (tahun 2004), anak saya berusia 8 bulan, sejak saat itu sampai hampir dua tahun lebih pengasuhan selalu bersama saya (bapaknya) debantu oleh kedua orang tua saya dan mantan mertua saya, tetapi waktu untuk anak lebih banyak bersama saya dan orang tua kandung saya. Karena saya bekerja dari jam 07.00 – 13.15 WIB terkadang sampai jam 16.00 WIB (khusus senin dan selasa), sehingga selama saya di kantor, anak dirawat oleh orang tua saya. Menurut saya perlakuan pengasuhan sama seperti pengasuhan anak pada umumnya. Saat itu saya berfikir bahwa mumpung anak saya masih kecil saya mau mencarikan ibu untuk anakku dan kehidupanku pribadi dengan persepsi bahwa interaksi antara anak dan ibu sambung sejak usia dini memungkinkan peluang hubungan yang harmonis antara ibu sambung dan anak tirinya, harapannya tidak muncul pertentangan antara keduanya saat setelah anak dewasa. Saya menikah lagi pada tahun 2006) dengan seorang gadis. Diawal-awal pernikahan tidak muncul permasalahan, lambat laun masalah mulai bermunculan, pengasuhan dari mantan mertua terkadang kami anggap salah dan tidak sesuai dengan tujuan kami semula (yaitu mendekatkan anak dengan ibu sambungnya). Dalam pengasuhannya, mantan mertua dan keluarganya selalu mengenalkan ibu kadungnya sejak anak masih dini selain itu selalu memenuhi keinginan anak apa saja yang diinginkan sehingga saat pulang dirumah bersama kami anak menentang bila hal tersebut dilarang atau tidak bolah, padahal menurut saya agar anak tahu mana yang salah dan yang benar, sehingga memunculkan perasaan anak yang berbeda kepada ibu sambungnya dan cenderung menjauhi ibu sambungnya, hal ini membuat perasaan ibu sambung menjadi marah dan kurang simpaik kepada anak tirinya (perhatiannya menjadi berkurang). Akhirnya saya membatasi pengasuhan mantan mertua kepada anak saya, hal ini memunculkan masalah yang besar antara saya dengan mantan mertua saya hingga sekarang. Setelah pengasuhan mantan mertua kepada anak saya dibatasi, ternyata saya rasakan perhatian ibu sambungnya tidak membaik, sering marah-marah, menganggap anak tiriny bandel (kalau menurut saya anak saya bukan bandel tapi normalnya sifat anak-anak kadang nurut, kadang nakal, kadang menentang, kadang meledek, kadang bergurau, lompat-lompat dikursi, dan lain-lain, sebenarnya nanak tersebut tergolong pintar), kejengkelan ibu sambungnya bertambah dengan kebiasaan anak yang masih suka mengompol sampai sekarang (saat ini anak berusia 4,5 tahun, ini hal yang lumrah atau suatu penyakit saya kurang tahu). Istri saya (berusia 26 tahun) berprofesi sebagai guru wiyata SD, di sekolahnya kadang sering dimarahi kepala sekolah tugas disekolahanya dan sifat kepala sekolahnya yang kaku dan imbasnya dirumah sering marah-marah baik ke saya maupun kepada anak tirinya, apa yang dilakukan anak saya yang dirasa kurang cocok dihati dianggap salah (kelihatannya anak merasa serba salah juga, apa-apa salah)padahal sudah sering saya ingatkan bahwa sikap itu tidah benar. Sifat Istri saya pendiam dan kaku, jika saya mengingatkan tentang pola pengasuhannya yang kurang baik, malah saya dianggap membela si anak. Cara pendekatannya saya rasa kurang bahkan saya rasa tidak bisa, karena tidak mengikuti falsafah tarik ulur (yaitu kadang guyon, kadang ngobrol, kadang bercanda, kadang serius, kadang mengingatkan, kadang memberi sanksi dan lain-lain) itu semua kurang dilakukan, cenderung kaku, anak harus nurut sama ibunya. Beberapa hari ini dan bahkan semalam masalah membesar, istri saya berkeinginan untuk agar anak saya ikut simbahnya saja (orang tua saya, padahal usia sudah lanjut, saya khawatirnya pendidikannya terganggu, sekarang anak saya kalau pagi sekolah TK, kalau siang sekolah Al-Quran/TPQ). Tadi malam puncak masalahnya, saya diminta memilih kalau perhatian berat sama anak, dia minta dipulangkan dahulu ke orang tuanya, padahal saya tidak ingin ada yang dikorbankan baik anak saya atau istri beserta anak saya yang kedua, saat ini anak kedua saya (dari perkawinan kedua) berusia 6 bulan. Bagi saya anak adalah amanah yang harus dijaga, baik anak pertama atau kedua walau beda ibu. Mohon bantuannya, jika diperlukan informasi lain saya akan menyampaikannya lebih lanjut, terimakasih sebanyak-banyaknya atas bantuannya, saya berharap rumah tangga saya tidak berakhir tragis, perceraian). Wassalam.

Jawab:

Pak Guru yang sedang gelisah, mohon tenang ya dengan masalah yang sedang dihadapi. Mudah-mudahan murid-murid bapak tidak terkena imbasnya juga. Pak, kalau saya perhatikan masalah yang sedang bapak hadapi adalah masalah hubungan dengan: (1). Masalah dengan mantan mertua terkait dengan pola pengasuhan yang berbeda antara bapak dengan mantan mertua. Memang pak, nenek/kakek itu cenderung memanjakan cucunya, apalagi mantan mertua mungkin merasa ibu kandung si anak tidak ada, padahal tanpa disadari nenek/kakek justru memanjakan anak itu tidak baik. Mengenai hal ini, lebih baik bapak bicarakan hal pengasuhan dengan mertua secara baik-baik agar mertua tidak tersinggung dan tidak merasa digurui. Utarakan pada beliau apa yang bapak harapkan dari anak bapak. Atau jika memungkin anak bapak berkunjung ke rumah mertua saat hari libur saja. O ya pak, bagaimana dengan pengasuhan putra bapak yang berusia 6 bulan? mengingat istri bapak juga bekerja sebagai guru? (2) Masalah dengan istri yang merasa "bapak lebih membela anak tirinya", katakan dengan lemah lembut pada istri bahwa bapak menyayanginya. Seorang istri yang mempunyai perasaan demikian biasanya dalam keadaan lelah fisik dan emosi, lelah fisik karena pekerjaan di sekolah dan mengurus anak di rumah, belum lagi sifat kepala sekolah yang kurang kooperatif. Katakan pada istri bapak, jika mempunyai masalah di pekerjaan lebih baik katakan dan diskusikan, karena dengan berdiskusi, pasti ada jalan keluar, dan ketika berdiskusi pun pilih suasana yang menyenangkan, misal saat libur, saat santai, atau sehabis mandi. Biasakan pada istri untuk mengungkapkan perasaannya. Sesekali juga berikan pujian/kekaguman bapak pada istri, katakan bahwa bapak mengaguminya karena perhatian pada anak, tanggung jawab pada pekerjaan, dan istri menyamakan anak kandung dan anak tiri. Dengan begitu, istri merasa didukung secara emosional. Jika bapak melihat istri kurang baik dalam mengurus anak, katakan secara baik, lemah lembut dengan kalimat yang positif, juga berikan solusi, jangan hanya mengkritik saja. (3) Masalah dengan anak. Hati-hati dengan label "ANAK NAKAL". Terkadang orang tua melabel anaknya nakal, hanya karena lompat-lompat di kursi, mengganggu adiknya. Perlu diketahui bahwa anak-anak melakukan berbagai cara dalam menarik perhatian orang yang ada di sekitarnya. Mungkin selama ini bapak/istri kurang memberi perhatian pada anak, atau anak yang memiliki energi berlimpah sehingga anak mencari sarana penyaluran. Jika anak lompat-lompat di kursi, katakan: "Nak, berhenti" atau "Nak, turun". Lalu berikan anak kegiatan positif yang disukainya. Yang penting cara kita memberi perintah pada anak menggunakan kalimat yang POSITIF. Dalam mendidik anak, seimbangkan juga antara memberi hukuman dan pujian. Jika anak berhasil melakukan sesuai perintah, beri ia pujian/pelukan/makanan kesukaan. Jika dia melanggar aturan, misal tidak merapikan mainan/buku, beri dia hukuman (hindari hukuman fisik), misal dilarang nonton TV. Ingat pak, hidup ini adalah proses. Begitu juga dengan bapak, istri, anak, dan mantan mertua. Demikian saran dari saya, semoga bermanfaat. SALAM KELUARGA INDONESIA.

Monday, November 17, 2008

Speech Delay karena Nonton TV...?


Selamat Sore Mbak Nurul

Saya dapat alamat email ini dari salanh seorang teman ,, saya mau minta bantuan informasi ..

Anak saya umur 23 bulan laki laki dah bisa jalan umur 15 bulan ,, 3 bulan lalu belum bisa bicara (waktu umur 20 bulan), tapi umur 6 - 9 bulan dah ngoceh kadang tapi gak jelas.. dia selalu nonton TV dan film2 education dari umur 5 bulan durasi nonton bisa 5 s.d 6 jam sehari ,,anaknya waktu nonton TV cuek,, dipanggil susah bener gak noleh. 3 bulan terakhir kita stop total TV dan stimulasi dengan cara mengucapkan kata kata setiap benda yang dipegangnya , terus gambar gambar binatang ,buah,dll..yang dulu gak pernah kita lakukan. Di bulan kedua dia mulai bisa mengungkapkan beberapa suku kata seperti ti (roti) , su (susu), gi(pergi), am ( mamam) ,dan ini diucapkan dengan melihat benda yang dituju atau situasi yg pas(mis bilang egi ketika mau diajak pergi). Bulan ketiga dia mulai bisa mengucapkan beberapa kata kata baru tapi mulai lengkap seperti api ketika mengambil kembang api , bilang dada sambil melambaikan tangan dan melihat orang yg dituju..dan juga mulai bisa menunjuk gambar buah atau binatang kalau kita tanyakan mis : saya buka buku gambar anggur dan pepaya terus tanya pepaya mana dia akan tunjuk , nunjuk gambar ini seringnya dia mau lakukan sambil minum susu..

Yg jadi masalah kalo dipanggil dia akan menoleh kalo ada maksud yg dituju dalam pamggilan , misnya kamu mau pergi ,atau kamu mau susu, maka dia akan langsung noleh dan nyamperin , tapi kalo cuma dipanggil namanya doang kadang noleh kadang gak ,, tapi kalo orang baru yg datang ke rumah manggil namanya di jalan atau datang ke rumah dia akan langsung lihat dan perhatikan org tsb sambil malu malu kadang ngumpet ngelirik lirik.

Instruksi yang kita minta sperti dada , kiss bye , salam , tos ,kasi bola ini ke mama , ke papa , ke oma, sering dilakukan sambil melihat orang dituju.. Kalo mau sesuatu masih menarik tangan orang utk meminta tapi sambil menatap , atau mengambilkan benda misalnya ambil gelas kasi susternya , minta diisikan air Tidak ada perilaku berulang ulang , aktif tapi tidak merusak , kalo berlari pasti ada benda yg dituju, mau disuruh duduk kalo diperlukan mis pada saat makan atau bermain, suka sekali dan melihat mata orang dengan berbinar binar dan tertawa kalo diajak menyanyi bahkan bisa mengikuti gerakan topi saya bundar walau kadang2 salah walaupun dia belum bisa mengikuti dengan suara.

Menurut mbak apakah speech delay anak saya perlu penanganan khusus atau ada gejala autis gak ?? karena selain kata kata yg sesuai konteks tadi dia juga banyak bahasa planetnya yg tidak kita mengerti, selain itu perhatiannya dalam bermain masih agak rentan , paling menghadapi suatu objek atau benda yg dia suka sekitar 3 menit paling lama ditinggal..kecuali mainan tertentu , contoh dia suka nyusun kotak sampai tinggi dengan berbagai variasi dan setelah dia melakukan dia tepuk tangan lihat ke kita seperti mengungkapakan keberhasilannya , tapi masih bisa dialihkan perhatiannya mis ada insert , kamu mau roti gak ? sambil dilihatkan roti dia akan langsung beralih nyamperin ambil kue tsb

Thanks atas jawabannya sebelumnya mbak

Hans

Pak Hans terima kasih atas pertanyaannya. Saya kagum dengan pengamatan bapak terhadap perkembangan anaknya secara detail. Pak, anak-anak itu dapat berbicara karena adanya rangsangan yang bersifat dua arah menggunakan satu bahasa yang konsisten, dan intelegensi anak. Berbicara pun ada tahapannya. Dimulai dari menangis, mengoceh, bicara satu kata, dan bicara kalimat. Umumnya pada usia 1,5 tahun anak sudah mampu mengucapkan satu kata dan mampu menunjuk benda yang diucapkannya. Speech delay bisa terjadi karena kurangnya rangsangan yang bersifat dua arah (misal, anak hanya nonton TV saja, jarang diajak ngobrol), bisa juga karena inkonsistensi bahasa yang digunakan sehari-hari (misal, TV edukasi berbahasa asing, sedangkan sehari-hari berbahasa Indonesia dengan angota keluarga/teman/tetangga), ada masalah di otak anak, sehingga area bicara di otak kurang berkembang (ini perlu pemeriksaan lebih lanjut dari dokter anak spesialisasi syaraf anak), atau ada ganguan pendengaran (perlu pemeriksaan lebih lanjut). Untuk mendiagnosa seorang anak terlambat bicara atau tidak, perlu pemeriksaan dahulu. Dan jika terbukti terlambat bicara harus dilakukan terapi wicara sesegera mungkin, karena 5 tahun pertama otak berkembang pesat dan diharapkan jika anak mengikuti terapi sejak dini maka perkembangannya pun akan menggembirakan. Pak Hans, anak yang mengalami autis biasanya diikuti dengan speech delay, tetapi, tidak semua anak yang speech delay mengalami autis. Autis ditandai dengan gangguan komunikasi (misal terlambat bicara), gangguan perilaku (misal hand flapping secara berlebih) dan ganguan sosialisasi (misal asyik bermain sendiri, tidak ada kontak mata). Jadi, menurut saya putra bapak lebih sering diajak ngobrol dengan satu bahasa yang konsisten, dan ketika bapak memanggilnya, pastikan dia tidak sedang asyik melakukan aktivitas yang disukainya dan hindari memanggil anak, hanya untuk "mengetes"dia menoleh atau tidak saat dipanggil. Demikian saran dari saya, semoga bermanfaat. SALAM KELUARGA INDONESIA

Thursday, November 13, 2008

Emosi Susah Dikendalikan

Salam,
Saya ayah dgn satu orang anak perempuan umur 4thn, saya dan istri bekerja. Belakangan ini anak kami seringkali mudah sekali terpancing emosinya, mudah marah dan kalau sudah marah emosinya susah di kendalikan seperti membanting pintu dan menyendiri sambil menjerit2 layaknya orang depresi namun terkadang diam saja saat sedang marah. Yang mau saya tanyakan :
1. Apakah anak kami benar depresi karena sering ditinggal kerja? Atau ada apakah dgn anak kami?
2. Bagaimana seharusnya kami bertindak agar anak kami emosinya dapat di kendalìkan?
3. Apakah anak kami kurang perhatian?
Terima kasih atas perhatiannya dan saran anda.
Kel Fang-Fang di tangerang

Jawab:
Terima kasih pertanyaannya. Bapak, anak usia 4 tahun umumnya mengalami emosi yang meledak-ledak seperti yang dialami oleh putri bapak. Ingat Pak, setiap anak mempunyai cara yang berbeda dalam mengekspresikan emosinya, dan ketika bapak/ibu menghadapi anak yang sedang marah, berusahalah tenang. Karena jika bapak/ibu juga marah, maka anak juga akan meniru perilaku orang tuanya. Coba tanyakan dengan tenang dan lembut pada anak, apa yang membuat dia marah? Yang penting adalah bapak/ibu mengetahui penyebabnya, entah itu penyebab yang bersumber dari rumah atau di luar rumah (misal di sekolah). Jika bersumber dari rumah, misal karena keinginan anak untuk bermain/interaksi dengan orang tua yang kurang karena kedua orang tua bekerja, maka bapak/ibu perlu meluangkan waktu lebih banyak bersama anak saat tidak bekerja. Jika bersumber dari sekolah, bapak/ibu perlu banyak berkomunikasi dengan pihak sekolah (guru, orang tua siswa yang lain). Jadi, berusahalah untuk tetap tenang ketika menghadapi anak yang sedang marah, karena seiring bertambahnya usia, anak juga akan semakin mampu mengontrol emosinya. Selamat mencoba sarannya, dan semoga bermanfaat. SALAM KELUARGA INDONESIA

Sunday, October 26, 2008

Kebiasaan buruk

Dear Mbak Pengasuh,
Saya memiliki seorang anak perempuan berumur 2 tahun. Karakternya energik, tidak mau diam dan selalu bergerak kemana2 seperti anak laki2. Yang mengganggu fikiran saya saat ini adalah dia punya kebiasaan suka memukul atau melembarkan suatu benda kepada orang yang ada didekatnya bila suatu ketika kita mengabaikannya. Padahal saya dan keluarga tidak pernah memberikan contoh perlakuan tersebut kepadanya. Hal ini berlaku juga dengan lingkungan luarnya. Bila suatu ketika saya bawa bermain ke luar dan dia bertemu dengan orang lain yang dikenal maupun belum dikenal, bila dia merasa diabaikan oleh orang tersebut maka ia akan melakukan hal yang sama.
Yang saya ingin tanyakan bagaimana caranya menghadapi hal demikian?
Salam,
Edi - Pekanbaru

Jawab:
Pak Edi, anak usia 2 tahun sedang bereksplorasi terhadap lingkungan. Ia akan mencoba segala sesuatu dan bagaimana reaksinya. Mengapa bapak/keluarga mengabaikannya? Ketika bapak mengabaikan putri bapak, maka ia akan memukul atau melemparkan benda, mungkin itu caranya agar dia diperhatikan oleh lingkungan. Beri pengertian padanya dengan bahasa yang sederhana, kalau dipukul atau dilempar itu sakit dan berikan ekspresi yang sesuai. Usia 2 tahun anak sudah mampu bicara dua kata, sebaiknya ajarkan dia dengan kata-kata yang sederhana, misal ketika anak merasa diabaikan: "ayah/ibu adek mau main", atau ketika bertemu dengan orang baru ajarkan: "kakak/om/tante adek mau kenalan/main". Jadi, kebutuhan anak untuk melakukan eksplorasi terhadap lingkungn tetap dapat terpenuhi. Semoga bermanfaat. SALAM KELUARGA INDONESIA

Anak sekolah PG

Yth. Ibu Nurul,

anak saya seorang putri berusia 3 thn. dari usia 2,5thn sudah saya masukkan ke PG. awal sekolah dulu sampai sekarang dia masih semangat berangkat sekolah. tapi akhir2 ini dia malas sekali berangkat sekolah. hal ini saya yakini karena dia selalu tidur larut malam (jam 11 - 12an), jadi klo dibangunkan pagi hari dia selalu bilang "aq ndak mau sekolah, masih ngantuk...." atau "aq mau sekolah tapi ndak usah mandi...".
yang ingin saya tanyakan adalah : apakah pada anak seusia dia kita harus membiarkan saja sesuai mood dia (malas) atau harus kita paksa supaya tetap mau sekolah?
bagaimana efek-nya terhadap perkembangan dia selanjutnya?
sebelumnya dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih.

salam,
Wanti-Semarang

Jawab:
Ibu, mengapa putrinya tidur larut malam? Apakah ia menunggu jadwal tidur ibu/ortu sampai larut malam? Apakah ia menonton sampai larut malam? Atau ada hal lain? Anak-anak sebaiknya tidur 8-10 jam sehari, hal ini baik untuk pertumbuhan fisik & perkembangan mentalnya. Wajar saja putri ibu masih mengantuk ketika dibangunkan untuk pergi ke sekolah, karena jam tidur yang kurang. Sebenarnya membiarkan anak sesuai mood atau memaksa adalah hal yang kurang baik. Yang baik adalah mengatur jadwal tidur yang cukup untuk anak, agar anak dapat bangun pagi, sarapan, dan berangkat sekolah. Dengan demikian sedari usia dini anak mengetahui aturan & disiplin waktu. Sebaiknya jika ibu mempunyai kesibukan sampai larut malam, tidurkan anak terlebih dahulu agar waktu tidurnya cukup. Dengan begitu, anak dapat beraktivitas di sekolah dengan senang. Demukian saran dari saya, semoga bermanfaat. SALAM KELUARGA INDONESIA

Sunday, October 19, 2008

Psikologi anak kami


Kepada Yth : Pengasuh rubrik konsultasi anak
Kami dikaruniai 2 anak, laki-laki dan perempuan. Anak laki-laki kami berumur 6.5 tahun kelas 1 SD. Dia bermasalah dalam hal perilaku. Setiap kali dia diajak ke tempat hiburan atau mall atau mendapat sesuatu yang dia merasa senang dia selalu over dalam melampiaskan kesenangannya namun pada saat dia mendapatkan apa yang tidak dia senangi dia akan merasa sangat bersedih (nelongso). dan dia mempunyai masalah dalam hal memperhatikan sesuatu atau dia kurang perhatian (konsentrasi) dalam suatu hal terutama pelajaran. Dia juga belum bisa melafalkan "r" dengan benar, padahal adiknya sudah bisa sejak usia 3 tahun. Akhir-akhir ini, setiap kali dia kami tegur bila melakukan kesalahan maka dia akan pura-pura tidak mendengar (cuek) sedangkan dia tahu dan mendengar dengan jelas kata2 kami. Sehingga kami lebih sering membentak karena kesal dengan perilakunya tersebut. Padahal bila menemui kesulitan hanya bisa merengek dan menunggu pertolongan kami. Kecenderungannya untuk memukul juga sering muncul terutama kepada adiknya bila tidak mau mendengar kata2nya, sehingga tiada satu haripun terlewat tanpa perkelahian dan tangisan anak2.
Apa yang harus kami lakukan dalam menangani hal tersebut. Apakah perilaku tersebut dikategorikan masih dalam taraf wajar atau perlu adanya tindakan khusus bagi anak tersebut.
Demikian mohon tanggapan dari permasalahan kami. Atas tanggapan dari permasalahan tersebut kami mengucapkan banyak terima kasih.
Mochamad Musyaffa dan Keluarga

Jawab: Bpk M & Keluarga, terima kasih atas kepercayaannya. Saya mohon maaf baru bisa menjawab pertanyaan karena kasibukan. Saya turut prihatin dengan keluarga bapak. Pak, setiap anak mempunyai cara yang berbeda dalam mengekspresikan emosinya. Ada yang "datar", ada yang menurut bapak "over", padahal "over" itu menurut pandangan kita sebagai orang dewasa. Bagaimanakah "over" yang dimaksud dalam melampiaskan emosi pada putra bapak? Berilah pengertian pada putra bapak ketika dia belum berhasil mendapatkan sesuatu yang diinginkannya agar tidak kecewa, dan jika bapak mempunyai "janji" tertentu pada anak, mohon tunaikan janji tersebut agar anak tidak kecewa ketika ia menagih janji tersebut. Ketika bapak memberi pengertian, kondisi bapak juga dalam keadaan tenang, dan tidak marah. Untuk masalah konsentrasi, apakah disemua pelajaran atau pelajaran tertentu saja? Kurang konsentrasi di rumah, di sekolah, atau di dua tempat tersebut? Atau dia merasa menemukan kesulitan menghadapai pelajaran, tetapi dia bingung mengungkapkannya. Dampingi anak dalam belajar, ajari dengan tenang, ketika mengajari anak tahap demi tahap, bahasa singkat dan sederhana. Jika cara tersebut belum berhasil, mohon menghubungi psikolog pendidikan/psikolog anak untuk pemeriksaan lebih lanjut tentang atensi/konsentrasi anak. Untuk masalah belum bisa melafalkan huruf "r", coba bapak latih dengan cara memberikan kata-kata yang banyak mempunyai huruf "r", misal "ramai" (huruf "r" di awal), "marah" (huruf "r" di tengah), dan "kotor" (huruf "r" di akhir), tentunya dengan cara yang menyenangkan dan sambil bermain bersama adik, atau anggota keluarga lainnya. Hindari memaksa pada anak. Pak, ketika putra bapak melakukan kesalahan, dan bapak menegurnya, bagaimanakah cara bapak menegur? Apakah dengan kalimat yang panjang sambil marah dan tidak berhadapan dengan anak? Ataukah dengan cara sambil menatap anak, beri "teguran" dengan kalimat singkat dan jelas dengan cara pandang anak yang berpikir konkrit, dan meminta anak mengulangi apa yang telah diucapkan oleh bapak/ibu? Sedangkan kecenderungan putra bapak memukul adik, apakah bapak/ibu pernah memukulnya? Apakah anak melihat tontonan kekerasan sehingga ia meniru? atau mungkin ia membalas pukulan tersebut dengan melampiaskan pada adiknya? Beri pengertian pada anak mana perilaku yang baik/boleh dan mana perilaku yang tidak baik/tidak boleh. Tentunya saat memberi penjelasan pada anak, sebagai orang tua juga harus dalam keadaan tenang dan penjelasan yang diberikan juga singkat dan sederhana. Jadi, sebagai orang tua, kita juga sebaiknya memberi contoh yang terpuji untuk anak, karena anak belajar dari lingkungannya, dan lingkungan yang pertama adalah di rumah. Seimbangkan dalam memberikan hadiah/hukuman bagi anak agar anak mempunyai kepribadian yang sehat dan harga diri. Selamat mencoba saran dari saya, semoga bermanfaat dan memberikan hasil yang positif. SALAM KELUARGA INDONESIA

Saturday, October 18, 2008

Anak saya pendiam

saya Wiji lestari seorang ibu yang mempunyai anak laki-laki berumur 4,5 tahun, anak saya bersekolah di TK, tapi yang menjadi masalah anak saya tidak bisa berbaur dengan anak lainnya setiap ikut bermain temannya selalu menjauh, sehingga dia tidak mempunyai teman.anak saya pendiam. Bagaimana cara mengatasinya mohon bantuannya.terima kasih

Jawab: Terima kasih atas kepercayaan ibu Wiji. Mohon maaf saya baru bisa menjawab pertanyaan ibu, karena kesibukan. Ibu, putra ibu yang sekolah di TK selalu dijauhi oleh temannya, padahal putra ibu ingin bermain. Sebelumnya ibu harus caru tahu terlebih dahulu, apakah putra ibu hanya di sekolah saja dijauhi oleh temannya? Bagaimana dengan temannya di rumah atau di keluarga?Apakah anak-anak lain menjauhi putra ibu juga? Apakah putra ibu mempunyai "tanda" tertentu di area tubuhnya sehingga anak lain kurang tertarik untuk bermain dengan putra ibu? Apakah putra ibu terbiasa didampingi oleh pengasuh/orang tua/orang lain? Sehingga tanpa kehadiran orang tua/pengasuh, anak kurang percaya diri? Bagaimana komunikasi ibu/bapak dengan putranya? Apakah selama ini orang tua di rumah selalu memberi dukungan emosional pada anak, misal dengan mengatakan "anak hebat", didengarkan pendapatnya, atau membacakan cerita ketika anak akan tidur. Apakah putra ibu mempunyai adik/kakak yang usianya berdekatan, sehingga putra ibu agak terabaikan? Bagaimana pengasuhan ibu padanya, apakah anak dicela atau dimaki ketika anak tidak bisa berbaur dengan temannya? Atau ibu memberi dukungan emosionil padanya dengan mengatakan: "nak, kamu bisa bermain bersama ibu/kakak/adik, dll". Jika anak berhasil berbaur dengan teman lain selain teman di sekolah, beri dia pujian supaya ia lebih bersemangat bermain dengan yang lain. Apakah putra ibu tidak tertarik dengan permainan temannya di sekolah?, mungkin permainan itu sulit baginya. Jadi, jika ibu sudah mengetahui jawabannya, maka akan mudah pula untuk mengatasi hal tsb. Demikian saran dari saya semoga bermanfaat. Tks

Anakku histeris

Salam kenal,
Saya bunda dari putri yang bernama Naura (24bln), ingin menanyakan tentang sifat putri saya yang selalu berteriak histeris klo kita ajak dia ke setiap tempat yang belum pernah dia kunjungi, spt ke bank, ke rumah saudara, ke tempat resepsi, bahkan masuk ke ATM pun dia histeris, dan sama sekali tidak mau masuk ke tempat tsb, padahal putri saya itu termasuk anak yang tidak cengeng, buktinya klo dia jatuh dimanapun sampe berdarah sekalipun dia tidak pernah menangis, paling menangis sebentar tanpa histeris.
Kira-kira apa yang terjadi dengan anak saya?kenapa dia bersikap begitu sangat histeris?padahal kita selalu membiasakan mengajak dia kemanapun kita pergi, dan hal itu terjadi baru akhir-akhir ini, kadang saya suka bingung dan malu dengan apa yang dia lakukan, apa yang harus kami lakukan agar putri kami tidak seperti itu dan bersikap seperti anak yang lainny.
Terimakasih,
Rini Damayanti
Bundanya Naura

Jawab: Terima kasih atas kepercayaannya. Ibu, setiap anak memiliki karakter yang berbeda, walaupun kembar. putri ibu yang "histeris" ketika berada di tempat baru bisa terjadi karena: itu merupakan reaksi kekaguman dia terhadap suatu tempat yang baru dikunjunginya, atau dia sebelumnya memiliki pengalaman yang buruk tentang tempat tsb ketika bersama orang lain selain ibu. Ibu perlu cari tahu penyebabnya. Yang sebaiknya ibu lakukan ketika menghadapi "histeris" anak adalah tenangkan diri anak dengan cara digendong atau dipeluk agar dia merasa aman dan nyaman, hindari sikap ibu memarahi atau membentaknya. Beri dia penjelasan sederhana, misal: : "Naura, saat ini kita di rumah (...) disini banyak mainan, nanti Naura bisa main". Ingat bu, anak butuh proses dan waktu dalam beradaptasi dengan tempat baru. Jadi, ibu harus sabar dalam menghadapinya. Demikian saran dari saya, semoga bermanfaat dan berhasil. Tks.

Friday, September 5, 2008

Selamat Menjalankan Ibadah Puasa 1429 H

Tuesday, July 29, 2008

Anakku BAB nya keras...

Saya ibu lina anak saya berumur 15 bulan, jenis kelamin laki-laki dengan berat badan 9 kg.anak saya sering mengalami BAB keras, sampai2 saat BAB anak saya menangis karena sakit, kadang suka mengeluarkan darah sedikit.padahal saya kasih pepaya atau apel anak saya mau tapi tidak banyak porsinya.apa yang harus saya lakukan supaya anak saya BAB nya lancar.
Thanks


Jawaban:
Ibu Lina, saya turut prihatin dengan keadaan putra ibu. Dengan memperhatikan kondisi putra ibu, ada baiknya ibu mengunjungi dokter anak yang ada di kota ibu untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Mungkin dokter anak ibu akan memberikan obat yang diminum atau obat oles di daerah anus. Tentunya selain secara medis, ibu juga perlu melakukan beberapa cara agar putra ibu mau makan buah/sayur. Diantaranya:
1. Orang tua (ayah/ibu) juga harus senang makan buah, karena anak biasanya meniru orang-orang yang ada di sekitarnya.
2. Variasikan pemberian buah, misal dengan cara dijus. Libatkan anak dalam pembuatan jus. Usia 15 bulan saya pikir, putra ibu bisa diminta untuk memasukkan potongan-potongan buah ke dalam juicer/blender. Ingat ya bu, kita sebagai ibu harus sabar. Jika anak masih belum rapi/berantakan bimbing dia untuk merapikannya.
3. Potongan buah/jus dimasukkan dalam tempat yang ada tokoh kartun/gambar-gambar lucu khas anak-anak.
4. Perkenalkan juga anak dengan berbagai macam buah, agar tidak bosan.
Bu Lina, selamat mencoba saran dari saya. Semoga bermanfaat.

Thursday, July 24, 2008

Anakku tidak mau sekolah...


Assalamualaikum wr.wb...
mba nurul, saya seorang bapak dari puteri saya yg berumur 4thn
puteri kami baru memasuki dunia yg baru, kami mendaftarkannya disekolah TK-A Full day mengingat saya dan istri sama2 kerja diperusahan swasta, dengan kondisi ekonomi sulit spt skrg tak mgkin rasanya saya menyuruh istri sy u/diam dirumah dan mengurus anak. baru 2 hari puteri kami menjalani kegiatan disekolah, hari ketiga dia mulai mengeluh dgn suasana sekolahnya yg ga menyenangkan mnurut dia, hari ke empat dgn bujukan dia masih mau sekolah...hari selanjutnya didepan sekolah dia nangis ga mau sekolah, kami berusaha mbujuk tp ga berhasil akhirnya dgn terpaksa sy bawa dia ke tmpat kerjaan saya krn kami tdk memiliki pmbantu di rumah...esoknya dia sama sekali ga mau ke sekolah dia ga mau mandi, ga mau makan,,,intinya dia menolak sekolah,,,selidik demi selidik akhirnya dia cerita katanya ada teman sekelasnya yg bengal(nakal),perlu diketahui bahwa pihak sekolah memberikan buku harian u/ tiap anak dan kami memberi tanggapan u/ setiap catatan yg gurunya berikan,,,gurunya menyarankan agar anak sy tetap hrs masuk sekolah, walaupun awalnya ngadat,,,tetapi kami sebagai orangtua ga tega meninggalkan anak disekolah dalam kondisi spt itu...kami merasakan ada beban psikologis dari diri anak terlihat dari wajah dan omongannya,,,dimulai dari bangun tidur dia sudah mengatakan ga mau sekolah...

bu nurul...sy minta solusi apakah sy hrs memaksa anak sy untuk sekolah walaupun dgn kondisi anak sy yg tertekan( kami ga mau itu? (pihak guru merekomendasikan spt itu)
atw kami memilih keluar dari sekolah dan mencari tempat lain untuk anak kami?

terima kasih, wasallam
Jawaban:
Wa'alaikumsalaam.Bapak Dindin di Bandung, saya kagum dengan perhatian bapak pada kondisi putrinya yang baru masuk sekolah . E mail bapak terkirim saat perayaan hari anak nasional 23 juli.Sebuah momen yang pas.Bapak, anak yang baru masuk sekolah memang butuh penyesuaian dengan lingkungan yang baru, guru baru, dan teman yang baru. Memang di setiap sekolah selalu saja ada anak yang menimbulkan masalah bagi anak yang lainnya. Saran saya,putri bapak yang berusia 4 tahun mulai bisa diajak berkomunikasi. Bapak tidak perlu memaksa pada putri bapak, tetapi yakinkan pada putri bapak, kalau anak yang "nakal" itu akan ditindak oleh guru dan jika putri bapak diganggu minta dia untuk melaporkan kejadian ini pada guru kelasnya.Dan ajarkan juga pada putri bapak "nak, kalau kamu diganggu, katakan pada temanmu: hey, kamu jangan mengganggu aku, itu kan tidak baik. Sekolah itu kan tempat belajar".Sesekali, bapak atau istri bapak mendampingi dia untuk masuk kelas agar dia meras aman dan nyaman, dan yakinkan kalau bapak akan kembali lagi untuk menjemputnya setelah jam sekolah usai. Bapak juga perlu banyak berkomunikasi dengan gurunya, minta pada guru agar anak yang mengganggu lebih diawasi & diperhatikan agar tidak menimbulkan ketakutan pada anak lainnya.Demikian saran dari saya semoga bermanfaat dan berhasil. Salam hangat,
Nurul Khasanah.

Anak Didik Kesulitan Membaca...

Salam kenal,

Saya Dwi (28th) mempunyai anak didik kelas 4 SD, anak tersebut msh mempunyai kesulitan membaca (belum lancar). Dan kalaupun dia membaca masih tidak mengerti apa yang dibacanya, sehingga sampai sekarangpun saya merasa kesulitan mengajari apabila ada tugas esai dari sekolah.

Mohon bantuannya apa yang mesti saya lakukan untuk membantu anak tersebut supaya dia dapat membaca dengan lancar dan mengerti apa yang dibacanya. Oh ya dia mempunyai kesulitan dalam membaca huruf b karena selalu dibaca huruf p, dan huruf r dibaca huruf l, huruf ng/ny selalu dibaca tanpa n (contoh : menanyakan dibaca menayakan).

Kalaupun didikte selalu aja ada huruf yang kurang, dan selalu kesulitan u/ membaca tulisannya sendiri.

Demikian permasalahan saya, terima kasih atas bantuannya.
Terima kasih.

Anak didikku belum lancar membaca...

Salam kenal,

Saya Dwi (28th) mempunyai anak didik kelas 4 SD, anak tersebut msh mempunyai kesulitan membaca (belum lancar). Dan kalaupun dia membaca masih tidak mengerti apa yang dibacanya, sehingga sampai sekarangpun saya merasa kesulitan mengajari apabila ada tugas esai dari sekolah.

Mohon bantuannya apa yang mesti saya lakukan untuk membantu anak tersebut supaya dia dapat membaca dengan lancar dan mengerti apa yang dibacanya. Oh ya dia mempunyai kesulitan dalam membaca huruf b karena selalu dibaca huruf p, dan huruf r dibaca huruf l, huruf ng/ny selalu dibaca tanpa n (contoh : menanyakan dibaca menayakan).

Kalaupun didikte selalu aja ada huruf yang kurang, dan selalu kesulitan u/ membaca tulisannya sendiri.

Demikian permasalahan saya, terima kasih atas bantuannya.
Terima kasih.

Jawaban:
Terima kasih atas kepercayan ibu Dwi pada saya. Dari cerita ibu Dwi, tampaknya anak didik ibu mengalami problem, yaitu kelas 4 SD tapi kemampuan membacanya masih kurang ditambah lagi dengan tidak mampu membedakan hurup "p" dengan "b" atau hurup"ng/ny" selalu tertinggal hurup "n" nya, belum lagi pemahamannya masih kurang. Sangat disayangkan baru terdeteksi sesudah anak kelas 4 SD yang mana pelajaran sudah lebih tinggi dibanding kelas sebelumnya. Dengan keadaan ini anak bisa frustrasi dalam membaca, karena memang kemampuannya belum sampai pada tingkat pemahaman. Begitu juga dengan ibu Dwi yang mungkin mengalami frustrasi juga dalam mengajari anak "kok tidak bisa-bisa ya?". Dari gejalanya, anak didik ibu Dwi mungkin mengalami dislexia atau gangguan membaca. Tetapi ini harus dibuktikan dengan pemeriksaan lebih lanjut. Saran saya, ibu Dwi bisa menganjurkan pada orang tua anak untuk memeriksakan diri pada Psikolog klinis anak atau psikolog pendidikan yang ada di sekolah, agar anak didik ibu Dwi dilakukan pemeriksaan. Psikolog biasanya memberi saran atau rujukanpada orang tua agar anak mengikuti terapi dengan seorang orthopedagog. Dan terapi ini adalah suatu proses yang waktunya sangat bergantung pada kondisi anak baik kondisi internal anak (IQ, motivasi belajar) dan kondisi eksternal anak (dukungan keluarga, guru, teman). Demikian saran dari saya, semoga bermanfaat.
Salam Hangat,
Nurul Khasanah, AMd. OT


Saturday, July 19, 2008

Tentang Autis

Salam kenal.
Saya awam dalam Autis tapi kok akhir-akhir ini banyak berita tentang Autis? Apakah Autis itu? dan mengapa semakin banyak terjadi kasus-kasus anak Autis di Indonesia? Bagaimana cara mengetahui anak kita Autis? Demikian mohon dibantu karena saya awam dalam bidang anak-anak. Terima kasih

Jawaban:

Ibu ana, terima kasih atas waktunya membuka situs kami. Autis akhir-akhir ini memang semakin meningkat, istilahnya “booming”. Sebetulnya dari tahun 1940 an sudah ada, hanya di Indonesia baru dikenal tahun 1990an. Autis adalah ganguan perkembangan pada anak yang ditandai dengan gangguan dalam bidang interaksi, komunikasi, dan perilaku yang dapat terdeteksi sebelum usia 3 tahun. Gangguan perilaku misal: menangis tanpa sebab, berteriak tanpa sebab, memainkan mainan tidak sesuai fungsinya. Gangguan komunikasi misal: terlambat bicara, mengoceh tapi tidak dapat dipahami. Gangguan interaksi misal: lebih senang menyendiri, asyik bermain sendiri. Penyebab autis belum diketahui secara pasti, tetapi diperkirakan: genetik, saat hamil ibu keracunan logam berat (merkuri yang mencemari laut, lalu mengenai makanan laut), dan yang mash kontroversi adalah vaksin MMR (Mumps, Measle,Rubella).Autis sebenarnya dapat terdeteksi dari 0 tahun, misal usia 0-6 bln: jarang kontak mata. usia 6-24 bulan: tidak berupaya menggunakan kata-kata, menolak makanan keras, tidak mengunyah.Usia 2-3 tahun: menolak dipeluk, cuek terhadap orang tua. Usia 4-5 tahun: membeo (menulang-ulang apa yg dikatakan orang lain), merasa terganggu jika rutinitasnya berubah. Demikian jawaban dari saya, semoga bermanfaat.

Salam, Nurul Khasanah.

Masalah Buang Air Anak...

Selamat sore,
Saya ibu dari putri saya Violetta (21 bulan). Vio kesulitan pup udah beberapa minggu terakhir. Sepertinya dia trauma dikarenakan pernah mau pup tapi susah keluar dan saya paksa untuk jongkok (tatur-bahasa jawa) supaya bisa keluar dan akhirnya dengan posisi itu vio bisa pup. setelahnya dia tidak mau jongkok, pasti dengan berdiri kalo pup. dia sering menangis, sepertinya sangat kesakitan, apalagi udah 3x ini pupnya dibarengi dengan keluar darah. sudah saya coba dengan minum Olive oil (saya pernah baca di salah satu web), kalo sehari pup tidak ada darah keluar dan tidak terlalu kesakitan, tapi kalo udah 2 or 3 hari baru pup, dia sangat kesakitan. sudah saya coba merayu nya dengan segala cara tapi tidak mau pup tiap hari dan posisi jongkok or duduk. Yg ingin saya tanyakan :
- apa yang harus saya lakukan supaya bisa pup tiap hari? dia tidak suka pepaya maupun buah lainnya. dia masih maem bubur dan sampai skrg belum bisa makan makanan padat. sebelum umur 1 tahun dia opname 3x diagnosa infeksi pencernaan. dia hanya mau jus mangga yang instan.
-apa bahaya nya kalo pup disertai darah? apakah bisa menyebabkan ambeien?
-bagaimana caranya supaya dia bisa makan makanan padat?
Mohon bantuannya karna saya tidak tahu harus bagaimana lagi, saya tidak ingin kasih anak saya dengan obat untuk melancarkan pupnya. saya ingin dia bisa pup secara alami.
Terima kasih atas bantuan dan perhatiannya.

Jawaban:

yth ibu anita, saya turut prihatin dengan keadaan putrinya yang berusia 21 bulan kesulitan pup & pernah keluar darah. menurut saya putri ibu sebaiknya dibawa ke dokter anak dengan reputasi yang baik.Tapi saran saya bisa ibu coba di rumah. Yaitu untuk buah tidak harus pepaya, biarkan anak memilih buah kesukaannya, misal pear, strawberry, atau apel, yang penting dia tertarik dulu dengan buah. Jika tidak suka buah bisa dengan membuat jus kesukaannya & dituangkan dalam wadah yang menarik, misal gelas dengan tokoh kartun kesukaannya. Ingat juga bu, keluarga di rumah seperti ayah, ibu, adik atau kakak atau anggota keluarga lainnya juga dibiasakan makan buahatau minum jus karena biasanya anak-anak itu meniru. Dan juga dengan anak-anak itu harus sabar, karena belajar itu sesuatu yang membutuhkan proses. Hal lainnya agar anak mau makan makanan padat adalah dengan memberikan variasi makanan semenarik mungkin. Misal membuat pizza dari roti, nugget ikan, atau perkedel kentang + daging cincang. Makanan tsb coba dihidangkan dengan cara yang menarik juga misal nugget ikan ditempatkan dalam piring yang ada tokoh kartun kesukaan anak. Ingat setiap anak mau makan beri dia pujian (”wah, kamu hebat” atau “wah, hari ini mama senang kamu bisa makan nugget kesukaan kamu” ;) dst. Atau pelukan juga bisa diberikan pada anak.Dan penting juga peran anggota keluarga. Selamat mencoba, pantang menyerah, & semoga berhasil. terima kasih

Anak Tidak Mau Makan?

Saya punya anak laki2 umur +/- 4,5 tahun tidak mau makan sama sekali. Selera makan sangat rendah. Paling yang Ia makan hanya biskuit sedikit, susu juga sedikit. Asupan gizinya sangat kurang. Berat badan hanya 12 - 13 kg. Tatapi kondisi psikis saya lihat normal. Bulan Juli nanti baru mau masuk TK, tapi dia sudah bisa baca, tulis & bicaranya lancar (tdk ada masalah). Bagaimana caranya agar mau makan, ke mana harus dibawa, apakah bisa diterapi ?. Saya pernah bawa ke Dokter Anak berkali2, tetapi selalu dianjurkan untuk dibiasakan & dibujuk anaknya agar senang makan. Hal ini rasanya sudah dilakukan dari kecil. Terima kasih.

Jawaban:
yth, Saudara Efawardi.
Anak-anak umumnya bermasalah dalam makan. mereka biasanya memilih-milih makanan, tapi sebagai orang tua kita tahu bahwa untuk dapat tumbuh & berkembang optimal kita harus memberikan asupan gizi yang seimbang. Saran saya coba ketika makan diberi makanan yang bervariasi, misal jika anak tidak suka buah diberi jus buah segar yang dibuat sendiri & tempatkan dalam gelas atau wadah dengan gambar tokoh kartun kesukaannya. Atau coba sesekali menu harian, dia yang menentukan, & tetap variasinya,misal dadar telur memakai sosis/bakso, atau dadar telur memakai sayuran (wortel, brokoli, dll). Sumber karbohidrat juga tidak hanya dari nasi, kentang, roti, mie, bihun, atau ubi. Jika kurang berhasil silakan konsultasikan pada ahli gizi atau psikolog anak untuk mengetahui masalah lain yang mungkin timbul. Selamat mencoba.

Depresi Pasca Melahirkan


Depresi Pasca Melahirkan

Anda pernah mendengar istilah depresi post partum?. Depresi post partum atau depresi pasca melahirkan biasanya dialami oleh para ibu yang baru saja melahirkan bayinya. Gejala depresi melahirkan ini seperti kecemasan, labilitas afek, dapat berlangsung berbulan-bulan. Gejala depresi pasca melahirkan dapat membahayakan ibu dan bayinya

Para wanita butuh penyesuaian dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan, baik fisik maupun psikologis. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-gangguan psikologis dengan berbagai gejala.

Hingga saat ini masih sedikit profesional yang menaruh atensi terhadap masalah ini. Padahal hal ini bisa berpengaruh fatal, yang tidak saja mencelakakan diri si ibu namun juga bisa mencelakakan orang lain, sebagaimana yang pernah dialami oleh Andrea Yates, seorang ibu lulusan SMA, asal Houston Amerika Serikat, ia membunuh kelima anaknya, dengan memasukkan mereka satu-persatu ke dalam bathub. Menurut para ahli, peristiwa tragis tersebut dipicu oleh depresi pasca melahirkan yang dialami Andrea setelah melahirkan anak kelimanya (Adiningsih, 2005). Di Indonesia hal ini juga pernah terjadi pada seorang ibu di kota Bandung Jawa Barat, bernama Aniek Qori’ah Sriwijaya yang berusia 31 tahun, ia lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan Planologi dengan IPK lebih dari 3, membunuh 3 anaknya yang berusia 9 bulan sampai 6 tahun dengan cara dibekap menggunakan bantal dan kasur (Shinaga, 2006)

Permasalahan dari gejala ini adalah berupa kontinum yang bergerak dari menangis seharian sampai gejala psikosa (pecahnya pribadi hingga hubungan dengan dunia luar terganggu). Hal ini dapat terjadi karena faktor eksogen dan faktor endogen. Dalam keadaan depresi semacam ini tentunya peran ibu tidak bisa berfungsi dengan baik, dan dapat menimbulkan bahaya terhadap perkembangan anak (Mönks, Knoers & Haditono, 2004: 95)

Di negeri Belanda kurang lebih 1 dari 10 wanita mengalami depresi post partum hingga mengganggu fungsi mereka sebagai isteri dan sebagai ibu. Di Inggris dan Amerika ditemukan adanya hubungan antara intervensi medis pada waktu melahirkan dengan depresi post-partum. Kurang lebih seperempat jumlah ibu yang diteliti di Inggris dan Amerika menderita depresi dalam jangka waktu lama. Termasuk kelompok tinggi juga para ibu yang mengalami persalinan dengan pembedahan. Di Amerika terdapat 35% dari kelompok tersebut yang mengalami depresi berat (Mönks, Knoers & Haditono, ibid: 95-96)

Menurut Jonge-Adriaansen (dalam Mönks, Knoers & Haditono, ibid) menyimpulkan bahwa intervensi teknologi medis yang berlebihan sering menjadi penyebab timbulnya depresi dan rasa tidak berdaya. Sehubungan dengan hal tersebut maka penting kiranya untuk mengusahakan agar proses persalinan dapat berlangsung sewajarnya untuk menjaga stabilitas psikis ibu. Ibu yang secara psikis stabil sangat besar artinya bagi perkembangan anak.

Dalam makalah ini secara garis besar akan diuraikan penyebab, gambaran dan intervensi depresi pasca melahirkan, dengan tujuan agar setiap ibu yang sedang mengandung dan akan melahirkan, mengetahui masalah-masalah psikis yang mungkin terjadi setelah melahirkan, dan jika masalah psikis terjadi dapat ditanggulangi secara adekuat.

Gambaran Depresi Pasca Melahirkan

Sebenarnya masalah depresi pasca melahirkan bukanlah hal baru, karena sejak 460 tahun sebelum Masehi, hal ini sudah mulai dikenal, sebagaimana diungkapkan oleh Hippocrates. Seiring berjalannya waktu, semakin banyak deskripsi yang terungkap, namun baru pada sekitar tahun 1985-an masalah ini mendapat perhatian. Menurut Ann Dunnewold, seorang ahli jiwa di Dallas Amerika Serikat, 10-20% perempuan yang baru melahirkan mengalami depresi. Muncul dalam beragam bentuk bisa berupa kesedihan mendalam, sering menangis, insomnia (susah tidur) atau tidak dapat tidur nyenyak, mudah tersinggung, kehilangan minat terhadap bayi, kurang berminat terhadap kegiatan rutin sehari-hari. Bisa juga berupa perasaan ketakutan, hilangnya nafsu makan, lesu atau bahkan tidur yang berlebih. Kondisi ini bisa berlangsung hingga tiga sampaii enam bulan, bahkan terkadang sampai delapan bulan. Sayangnya, sangat banyak ibu yang tidak menyadarinya, demikian juga dengan mereka yang ada di sekitarnya, termasuk suaminya (Adiningsih, 2005)
Kondisi yang lebih ringan dari depresi pasca melahirkan, disebut baby blues, yang dialami oleh sekitar 80% dari perempuan yang baru melahirkan. Pada kondisi ini, perempuan tersebut mengalami tanda-tanda sebagaimana pada depresi pasca melahirkan, hanya saja dalam intensitas yang lebih ringan dan dalam rentang waktu yang lebih pendek, paling lama enam minggu. Ia masih bisa tidur nyenyak jika dijauhkan dari kewajiban mengurus bayinya. Berbeda dengan perempuan yang terkena depresi pasca melahirkan, yang tetap saja tidak bisa tidur apalagi bergembira meskipun telah ada orang lain yang membantu merawat bayinya.
Gangguan hormonal menjadi kata kunci dari terjadinya depresi pasca melahirkan maupun baby blues, sebagaimana yang diungkapkan oleh Barbara Parry, Lektor Kepala dari bagian psikiatri Fakultas Kedokteran San Diego, University of California. Menurutnya, kebutuhan hormon estrogen yang meningkat pada calon ibu namun tiba-tiba saja menurun saat melahirkan, akan memberi pengaruh pada depresi biokimia.
Di sisi lain kehamilan meningkatkan hormon endorfin yaitu hormon yang bisa memompa rasa senang. Tetapi saat melahirkan, tingkat endorfin merosot, kondisi ini tentu menambah resiko depresi. Kadang-kadang depresi pasca melahirkan juga disebabkan oleh ketidakstabilan kelenjar tiroid, yang turun ketika melahirkan dan tidak kembali pada jumlah yang normal (Adiningsih, 2005). Kondisi hormon yang fluktuatif inilah yang membuat seorang ibu yang semestinya berbahagia setelah kelahiran bayi mungilnya, namun justru kehilangan perasaan tersebut secara tiba-tiba. Si ibu justru merasakan murung dan sedih. Kondisi ini akan membuat hal-hal dalam keseharian yang biasanya mudah untuk dilakukan berubah menjadi beban yang berat.

Istilah Lain Depresi Pasca Melahirkan

Pengertian lain tentang depresi pasca melahirkan adalah post partum blues. Post partum blues juga sudah dikenal sejak lama. Savage pada tahun 1875 telah menulis referensi di literatur kedokteran mengenai suatu keadaan disforia ringan pasca melahirkan yang disebut sebagai milk fever karena gejala disforia tersebut muncul bersamaan dengan laktasi. Dewasa ini, post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan, dan ditandai dengan gejala-gejala seperti: reaksi depresi/sedih/disforia, menangis, mudah tersinggung (iritabilitas), cemas, labilitas perasaan, cenderung menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan gangguan nafsu makan. Gejala-gejala ini mulai muncul setelah persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai beberapa hari. Namun pada beberapa minggu atau bulan kemudian, bahkan dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat (Iskandar, 2005).

Post partum blues ini dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang ringan oleh sebab itu sering tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak ditangani dengan baik, akhirnya dapat menjadi masalah yang menyulitkan, tidak menyenangkan dan dapat membuat perasaan tidak nyaman bagi wanita yang mengalaminya, dan bahkan kadang-kadang gangguan ini dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat yaitu depresi dan psikosis pasca melahirkan, yang mempunyai dampak lebih buruk, terutama dalam masalah hubungan perkawinan dengan suami dan perkembangan anaknya.

Dalam dekade terakhir ini, banyak ahli yang memberi perhatian khusus pada gejala psikologis yang menyertai seorang wanita pasca melahirkan, dan telah melaporkan beberapa angka kejadian dan berbagai faktor yang diduga mempunyai kaitan dengan gejala-gejala tersebut. Berbagai studi mengenai post-partum blues di luar negeri melaporkan angka kejadian yang cukup tinggi dan sangat bervariasi antara 26-85%, yang kemungkinan disebabkan karena adanya perbedaan populasi dan kriteria diagnosis yang digunakan.

Penyebab

Menurut Iskandar (2005), banyak faktor diduga berperan sebagai penyebab depresi pasca melahirkan antara lain adalah: (1) Faktor hormonal, berupa perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin dan estriol yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Kadar estrogen turun secara bermakna setelah melahirkan, ternyata estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim monoamine oksidase, yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi baik noradrenalin maupun serotonin yang berperan dalam suasana hati dan kejadian depresi, (2) Faktor demografik yaitu umur dan paritas, (3) Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan, (4) Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan, seperti: tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi serta dukungan sosial dari lingkungannya (suami, keluarga dan teman). Apakah suami menginginkan juga kehamilan ini, apakah suami, keluarga, dan teman memberi dukungan moril (misalnya dengan membantu pekerjaan rumah tangga, atau berperan sebagai tempat ibu mengadu/berkeluh-kesah) selama ibu menjalani masa kehamilannya.

Intervensi

Di luar negeri skrining untuk mendeteksi gangguan mood/depresi sudah merupakan acuan pelayanan pasca persalinan yang rutin dilakukan. Untuk skrining ini dapat dipergunakan beberapa kuesioner dengan sebagai alat bantu. Endinburgh Posnatal Depression Scale (EPDS) merupakan kuesioner dengan validitas yang teruji yang dapat mengukur intensitas perubahan perasaan depresi selama 7 hari pasca persalinan. Pertanyaan-pertanyaannya berhubungan dengan labilitas perasaan, kecemasan, perasaan bersalah serta mencakup hal-hal lain yang terdapat pada post-partum blues. Kuesioner ini terdiri dari 10 (sepuluh) pertanyaan, di mana setiap pertanyaan memiliki 4 (empat) pilihan jawaban yang mempunyai nilai skor dan harus dipilih satu sesuai dengan gradasi perasaan yang dirasakan ibu pasca persalinan saat itu. Pertanyaan harus dijawab sendiri oleh ibu dan rata-rata dapat diselesaikan dalam waktu 5 menit. Cox et. al., mendapati bahwa nilai skoring lebih besar dari 12 (dua belas) memiliki sensitifitas 86% dan nilai prediksi positif 73% untuk mendiagnosis kejadian post-partum blues . EPDS juga telah teruji validitasnya di beberapa negara seperti Belanda, Swedia, Australia, Italia, dan Indonesia. EPDS dapat dipergunakan dalam minggu pertama pasca persalinan dan bila hasilnya meragukan dapat diulangi pengisiannya 2 (dua) minggu kemudian (Iskandar, 2005).

Post-partum blues atau gangguan mental pasca persalinan seringkali terabaikan dan tidak ditangani dengan baik. Banyak ibu yang ‘ berjuang ‘ sendiri pada beberapa saat setelah melahirkan. Mereka merasakan ada suatu hal yang salah namun mereka sendiri tidak benar-benar mengetahui apa yang sedang terjadi. Apabila mereka pergi mengunjungi dokter atau profesional lainnya. Untuk meminta bantuan, seringkali hanya mendapatkan saran untuk beristirahat atau tidur lebih banyak, tidak gelisah, minum obat atau berhenti mengasihani diri sendiri dan mulai merasa gembira menyambut kedatangan bayi yang mereka cintai.

Penanganan gangguan mental pasca melahirkan pada prinsipnya tidak berbeda dengan penanganan gangguan mental pada momen-momen lainya. Para ibu yang mengalami post-partum blues atau depresi pasca melahirkan membutuhkan bantuan. Para ibu ini membutuhkan dukungan psikologis seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang menakutkan. Mungkin juga mereka membutuhkan pengobatan dan/atau istirahat, dan seringkali akan merasa gembira mendapat pertolongan yang praktis. Dengan bantuan dari teman dan keluarga, mereka mungkin perlu untuk mengatur atau menata kembali kegiatan rutin sehari-hari, atau mungkin menghilangkan beberapa kegiatan, disesuaikan dengan konsep mereka tentang keibuan dan perawatan bayi. Bila memang diperlukan, dapat diberikan bantuan dari para ahli, misalnya dari seorang psikolog atau konselor yang berpengalaman dalam bidang tersebut.

Para ahli obstetri memegang peranan penting untuk mempersiapkan para wanita untuk kemungkinan terjadinya gangguan mental pasca melahirkan dan segera memberikan penanganan yang tepat bila terjadi gangguan tersebut, bahkan merujuk pada psikolog/konselor bila memang diperlukan. Dukungan yang memadai dari para petugas obstetri, yaitu: dokter dan bidan/perawat sangat diperlukan, misalnya dengan cara memberikan informasi yang memadai/adekuat tentang proses kehamilan dan persalinan, termasuk hambatan-hambatan yang mungkin timbul dalam masa-masa tersebut serta penanganannya.

Dibutuhkan pendekatan menyeluruh/holistik dalam penanganan para ibu yang mengalami post-partum blues atau depresi pasca melahirkan. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan di tingkat perilaku, emosional, intelektual, sosial dan psikologis secara bersama-sama, dengan melibatkan lingkungannya, yaitu: suami, keluarga dan juga teman dekatnya..

Depresi pasca melahirkan dengan beragam faktor penyebabnya dapat dialami oleh semua ibu dimanapun ia berada, tanpa memandang status ekonomi, usia, ataupun tingkat pendidikan. Ibu yang mengalami depresi pasca melahirkan harus ditangani secara adekuat, karena peran ibu sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak juga dalam hubungannya dengan peran ibu di keluarga. Untuk itu seorang ibu yang berada dalam kondisi pasca melahirkan perlu mendapat dukungan dari orang-orang yang ada di sekitarnya.

Thursday, July 3, 2008

Pertanyaan dari Seorang Ibu...

Selamat Siang ,
Saya ibu dari putri saya A.A Novira Pujawati (30 bln) Sekarang Ini Saya Punya masalah Kenapa anak saya belum bisa Bicara dan setiap saya ajarkan untuk megucapkan sesuatu pasti hanya ter senyum , sekarang ini putri saya hanya mampu mengucakan mama , ela , dsb hanya berapa kata saja , tetapi kalau disuruh untuk mengambil sesuatu dia mengerti dan anak saya suka menonton tv , biasanya kalau menonton dea merespon tepuktangan , atau menari ,. yang saya tanyakan ada apa dengan anak saya apa ada kelaina soalnya anak seumurnya sudah pada pintar bicara , apa anak saya bisu ? Apakah ada kemungkinan bisa untuk bicara ? saya moho bapak /ibu sudi untuk memberi informasi kepada saya

(sumber:www.konsultasikeluarga.wordpress.com)


Jawaban:

Terima kasih atas kepercayaan ibu komang prastika aryanti kepada saya. Ibu, anak usia 30 bulan umumnya sudah dapat berbicara 3 kata, misal “mau minum susu”. Putri ibu tampaknya tidak mengalami hambatan dalam bahasa reseptif (pemahaman), dari keterangan ibu,ia mengerti jika diminta untuk mengambil sesuatu. Hambatan putri ibu tampaknya dalam bahasa ekspresif (pengungkapan) Saran saya: banyak-banyaklah anak diberi rangsangan dan diajak komunikasi 2 arah setiap saat secara teratur, misal saat mandi, anak diajak bernyanyi lagu “mandi pagi kalau biasa”, dst, atau saat akan memakai sepatu, anak diajak bernyanyi”tuk tuk ada sepatu” atau lagu apapun. yang ibu/pengasuh bisa. Kurangi menonton TV, karena itu bersifat satu arah. Jika hal-hal tersebut kurang berhasil, ibu bisa konsultasi pada psikolog anak atau dokter spesialis anak yang ada di kota ibu, pada bagian tumbuh kembang untuk dilakukan pemeriksaan tertentu. Terima kasih. Salam, Nurul Khasanah, AMd. OT (Pediatric Occupational Therapist)


Sharing & Solution for your Children's Problem...

A Tribute to BSD City

A Tribute to BSD City
Khusus Warga BSD City

Info & Consultation

www.konsultasianak.tk

Special Need Children

Special Need Children
Only for Special Mother...