Special for Baby...

Tuesday, November 18, 2008

Masalahku Sangat Penting...


Assalamu Alaikum, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu karena berkenan membantu masalah yang saya hadapi. Saya (usia 30 Tahun) berprofesi sebagai guru PNS, Istri (usia 26 tahun) berprofesi sebagai guru wiyata SD, anak saya yang pertama dan yang ke dua adalah laki-laki, saat ditinggal mati ibunya (tahun 2004), anak saya berusia 8 bulan, sejak saat itu sampai hampir dua tahun lebih pengasuhan selalu bersama saya (bapaknya) debantu oleh kedua orang tua saya dan mantan mertua saya, tetapi waktu untuk anak lebih banyak bersama saya dan orang tua kandung saya. Karena saya bekerja dari jam 07.00 – 13.15 WIB terkadang sampai jam 16.00 WIB (khusus senin dan selasa), sehingga selama saya di kantor, anak dirawat oleh orang tua saya. Menurut saya perlakuan pengasuhan sama seperti pengasuhan anak pada umumnya. Saat itu saya berfikir bahwa mumpung anak saya masih kecil saya mau mencarikan ibu untuk anakku dan kehidupanku pribadi dengan persepsi bahwa interaksi antara anak dan ibu sambung sejak usia dini memungkinkan peluang hubungan yang harmonis antara ibu sambung dan anak tirinya, harapannya tidak muncul pertentangan antara keduanya saat setelah anak dewasa. Saya menikah lagi pada tahun 2006) dengan seorang gadis. Diawal-awal pernikahan tidak muncul permasalahan, lambat laun masalah mulai bermunculan, pengasuhan dari mantan mertua terkadang kami anggap salah dan tidak sesuai dengan tujuan kami semula (yaitu mendekatkan anak dengan ibu sambungnya). Dalam pengasuhannya, mantan mertua dan keluarganya selalu mengenalkan ibu kadungnya sejak anak masih dini selain itu selalu memenuhi keinginan anak apa saja yang diinginkan sehingga saat pulang dirumah bersama kami anak menentang bila hal tersebut dilarang atau tidak bolah, padahal menurut saya agar anak tahu mana yang salah dan yang benar, sehingga memunculkan perasaan anak yang berbeda kepada ibu sambungnya dan cenderung menjauhi ibu sambungnya, hal ini membuat perasaan ibu sambung menjadi marah dan kurang simpaik kepada anak tirinya (perhatiannya menjadi berkurang). Akhirnya saya membatasi pengasuhan mantan mertua kepada anak saya, hal ini memunculkan masalah yang besar antara saya dengan mantan mertua saya hingga sekarang. Setelah pengasuhan mantan mertua kepada anak saya dibatasi, ternyata saya rasakan perhatian ibu sambungnya tidak membaik, sering marah-marah, menganggap anak tiriny bandel (kalau menurut saya anak saya bukan bandel tapi normalnya sifat anak-anak kadang nurut, kadang nakal, kadang menentang, kadang meledek, kadang bergurau, lompat-lompat dikursi, dan lain-lain, sebenarnya nanak tersebut tergolong pintar), kejengkelan ibu sambungnya bertambah dengan kebiasaan anak yang masih suka mengompol sampai sekarang (saat ini anak berusia 4,5 tahun, ini hal yang lumrah atau suatu penyakit saya kurang tahu). Istri saya (berusia 26 tahun) berprofesi sebagai guru wiyata SD, di sekolahnya kadang sering dimarahi kepala sekolah tugas disekolahanya dan sifat kepala sekolahnya yang kaku dan imbasnya dirumah sering marah-marah baik ke saya maupun kepada anak tirinya, apa yang dilakukan anak saya yang dirasa kurang cocok dihati dianggap salah (kelihatannya anak merasa serba salah juga, apa-apa salah)padahal sudah sering saya ingatkan bahwa sikap itu tidah benar. Sifat Istri saya pendiam dan kaku, jika saya mengingatkan tentang pola pengasuhannya yang kurang baik, malah saya dianggap membela si anak. Cara pendekatannya saya rasa kurang bahkan saya rasa tidak bisa, karena tidak mengikuti falsafah tarik ulur (yaitu kadang guyon, kadang ngobrol, kadang bercanda, kadang serius, kadang mengingatkan, kadang memberi sanksi dan lain-lain) itu semua kurang dilakukan, cenderung kaku, anak harus nurut sama ibunya. Beberapa hari ini dan bahkan semalam masalah membesar, istri saya berkeinginan untuk agar anak saya ikut simbahnya saja (orang tua saya, padahal usia sudah lanjut, saya khawatirnya pendidikannya terganggu, sekarang anak saya kalau pagi sekolah TK, kalau siang sekolah Al-Quran/TPQ). Tadi malam puncak masalahnya, saya diminta memilih kalau perhatian berat sama anak, dia minta dipulangkan dahulu ke orang tuanya, padahal saya tidak ingin ada yang dikorbankan baik anak saya atau istri beserta anak saya yang kedua, saat ini anak kedua saya (dari perkawinan kedua) berusia 6 bulan. Bagi saya anak adalah amanah yang harus dijaga, baik anak pertama atau kedua walau beda ibu. Mohon bantuannya, jika diperlukan informasi lain saya akan menyampaikannya lebih lanjut, terimakasih sebanyak-banyaknya atas bantuannya, saya berharap rumah tangga saya tidak berakhir tragis, perceraian). Wassalam.

Jawab:

Pak Guru yang sedang gelisah, mohon tenang ya dengan masalah yang sedang dihadapi. Mudah-mudahan murid-murid bapak tidak terkena imbasnya juga. Pak, kalau saya perhatikan masalah yang sedang bapak hadapi adalah masalah hubungan dengan: (1). Masalah dengan mantan mertua terkait dengan pola pengasuhan yang berbeda antara bapak dengan mantan mertua. Memang pak, nenek/kakek itu cenderung memanjakan cucunya, apalagi mantan mertua mungkin merasa ibu kandung si anak tidak ada, padahal tanpa disadari nenek/kakek justru memanjakan anak itu tidak baik. Mengenai hal ini, lebih baik bapak bicarakan hal pengasuhan dengan mertua secara baik-baik agar mertua tidak tersinggung dan tidak merasa digurui. Utarakan pada beliau apa yang bapak harapkan dari anak bapak. Atau jika memungkin anak bapak berkunjung ke rumah mertua saat hari libur saja. O ya pak, bagaimana dengan pengasuhan putra bapak yang berusia 6 bulan? mengingat istri bapak juga bekerja sebagai guru? (2) Masalah dengan istri yang merasa "bapak lebih membela anak tirinya", katakan dengan lemah lembut pada istri bahwa bapak menyayanginya. Seorang istri yang mempunyai perasaan demikian biasanya dalam keadaan lelah fisik dan emosi, lelah fisik karena pekerjaan di sekolah dan mengurus anak di rumah, belum lagi sifat kepala sekolah yang kurang kooperatif. Katakan pada istri bapak, jika mempunyai masalah di pekerjaan lebih baik katakan dan diskusikan, karena dengan berdiskusi, pasti ada jalan keluar, dan ketika berdiskusi pun pilih suasana yang menyenangkan, misal saat libur, saat santai, atau sehabis mandi. Biasakan pada istri untuk mengungkapkan perasaannya. Sesekali juga berikan pujian/kekaguman bapak pada istri, katakan bahwa bapak mengaguminya karena perhatian pada anak, tanggung jawab pada pekerjaan, dan istri menyamakan anak kandung dan anak tiri. Dengan begitu, istri merasa didukung secara emosional. Jika bapak melihat istri kurang baik dalam mengurus anak, katakan secara baik, lemah lembut dengan kalimat yang positif, juga berikan solusi, jangan hanya mengkritik saja. (3) Masalah dengan anak. Hati-hati dengan label "ANAK NAKAL". Terkadang orang tua melabel anaknya nakal, hanya karena lompat-lompat di kursi, mengganggu adiknya. Perlu diketahui bahwa anak-anak melakukan berbagai cara dalam menarik perhatian orang yang ada di sekitarnya. Mungkin selama ini bapak/istri kurang memberi perhatian pada anak, atau anak yang memiliki energi berlimpah sehingga anak mencari sarana penyaluran. Jika anak lompat-lompat di kursi, katakan: "Nak, berhenti" atau "Nak, turun". Lalu berikan anak kegiatan positif yang disukainya. Yang penting cara kita memberi perintah pada anak menggunakan kalimat yang POSITIF. Dalam mendidik anak, seimbangkan juga antara memberi hukuman dan pujian. Jika anak berhasil melakukan sesuai perintah, beri ia pujian/pelukan/makanan kesukaan. Jika dia melanggar aturan, misal tidak merapikan mainan/buku, beri dia hukuman (hindari hukuman fisik), misal dilarang nonton TV. Ingat pak, hidup ini adalah proses. Begitu juga dengan bapak, istri, anak, dan mantan mertua. Demikian saran dari saya, semoga bermanfaat. SALAM KELUARGA INDONESIA.

No comments:


Sharing & Solution for your Children's Problem...

A Tribute to BSD City

A Tribute to BSD City
Khusus Warga BSD City

Info & Consultation

www.konsultasianak.tk

Special Need Children

Special Need Children
Only for Special Mother...